1. Barisan Geometri
Coba kalian amati barisan 1, 2, 4, 8, 16, 32,
.... Terlihat, suku berikutnya diperoleh dengan mengalikan 2 pada suku
sebelumnya. Barisan ini termasuk barisan geometri. Jadi, secara umum, barisan
geometri adalah suatu barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku
sebelumnya dikalikan dengan suatu bilangan tetap (konstan). Bilangan yang tetap
tersebut dinamakan rasio (pembanding) dan dinotasikan dengan r.
Perhatikan contoh barisan-barisan berikut.
a. 3, 6, 12, 24, ...
b. 2, 1, ½, 1/4, ...
c. 2, –4, 8, –16, ...
Dengan demikian, dapat disimpulkan
jika U1, U2, ... Un barisan geometri
dengan Un adalah Rumus umum suku ke-n barisan geometri dengan
suku pertama (U1) dinyatakan a dan rasio r, dapat diturunkan sebagai berikut.
U1 =
|
a
|
U2 =
|
U1 × r = ar
|
U3 =
|
U2 × r = ar2
|
U4 =
|
U3 × r = ar3
|
Un =
|
Un–1 × r = arn–2 ×
r = arn–1
|
Dengan demikian, diperoleh barisan
geometri a, ar, ar2, ..., arn–1, ...
Jadi, rumus umum suku ke-n (Un)
barisan geometri adalah :
Un = arn–1
Keterangan:
a = suku pertama
r = rasio
n = banyak suku
Contoh Soal Barisan Geometri :
Carilah suku pertama, rasio, dan suku ke-7
dari barisan geometri berikut.
a. 2, 6, 18, 54, ...
b. 9, –3, 1, -1/3 , ...
Jawaban :
a. 2, 6, 18, 54, ...
Dari barisan geometri di atas, diperoleh :
1) suku pertama: a = 2;
2) rasio: r = ... = ... = 3.
Karena rumus suku ke-n barisan geometri
adalah :
Un = arn–1 maka
U7 = 2(37–1) =
2 × 729 = 1.458
3. Deret Geometri Tak Berhingga
Deret geometri yang tidak dapat dihitung
banyak seluruh sukunya disebut deret geometri tak berhingga.
Perhatikan deret geometri berikut.
a. 1 + 2 + 4 + 8 + ...
Deret-deret di atas merupakan contoh deret
geometri tak berhingga.
Dari contoh a dan b , rasionya berturut-turut
adalah 2 dan –2.
Jika deret tersebut diteruskan maka nilainya
akan makin besar dan tidak terbatas. Deret yang demikian disebut deret
divergen, dengan | r | > 1. Sebaliknya, dari contoh c dan d, rasio
masing-masing deret 1/2 dan –1/3. Dari contoh c dan d, dapat kita hitung
pendekatan jumlahnya. Deret tersebut dinamakan deret konvergen dengan | r |
< 1. Pada deret konvergen, jumlah suku-sukunya tidak akan melebihi suatu
harga tertentu, tetapi akan mendekati harga tertentu. Harga tertentu ini disebut
jumlah tak berhingga suku yang dinotasikan dengan S∞ .
Nilai S∞ merupakan nilai pendekatan (limit)
jumlah seluruh suku (Sn) dengan n mendekati tak berhingga. Oleh
karena itu, rumus deret tak berhingga dapat diturunkan dari deret geometri
dengan suku pertama a, rasio r dan n → ∞
Karena deret konvergen (| r | < 1), untuk
n → ∞ maka rn → 0 sehingga :
Jadi, rumus jumlah deret geometri tak
berhingga adalah :
D. Notasi Sigma
Salah satu ciri matematika adalah
digunakannya lambang untuk mengungkapkan suatu pernyataan secara singkat,
jelas, dan konsisten yang jika diungkapkan dengan kalimat biasa cukup panjang.
Salah satu lambang yang penting adalah ” Σ ”
(dibaca: sigma). Lambang ini digunakan untuk menuliskan penjumlahan secara
singkat.
1. Pengertian Notasi Sigma
Perhatikan penjumlahan bilangan-bilangan di
bawah ini.
1 + 2 + 3 + 4 + ... + 50
Jika semua suku-sukunya ditulis, cara
penulisan penjumlahan tersebut jelas tidak efektif. Apalagi jika banyak
bilangan yang dijumlahkan makin besar. Dengan menggunakan notasi sigma,
penulisan 1 + 2 + 3 + 4 + ... + 50 dipersingkat menjadi k (dibaca: sigma k mulai
dari k = 1 sampai dengan k = 50). Atau, boleh dibaca sigma k, untuk k = 1
hingga 50.
Huruf k digunakan sebagai variabel suku yang
akan bergerak mulai 1 dan bertambah 1 sampai mencapai 50. Bilangan 1 disebut
batas bawah dan 50 disebut batas atas penjumlahan. Secara umum, notasi sigma
dinyatakan sebagai berikut.
Keterangan:
1 = batas bawah
n = batas atas
k = indeks
Uk = suku ke-k
Batas bawah tidak harus bernilai 1. Jika
batas bawah penjumlahan 1 dan batas atasnya n maka penjumlahan terdiri atas n
suku, sedangkan jika batas bawahnya r dan batas atasnya n maka penjumlahan
terdiri dari (n – r + 1) suku.
Contoh Soal Notasi Sigma :
Pembahasan :
= 1 × 2 + 2 × 3 + 3 × 4 + 4 × 5 + 5 × 6
= 2 + 6 + 12 + 20 + 30
0 komentar:
Posting Komentar